Ciri Kepribadian yang Matang Oleh Gordon Allport
Saat ini teori-teori Allport (tentang kepribadian
yang sehat) tetap relevan. Berikut adalah tujuh kriteria dari Allport tentang
sifat-sifat khusus kepribadian yang sehat:
1. Perluasan Perasaan Diri, ketika seseorang
menjadi matang, ia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Tidak cukup
sekadar berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri. Lebih dari
itu, ia harus memiliki partisipasi yang langsung dan penuh, yang oleh Allport
disebut "partisipasi otentik". Dalam pandangan Allport, aktivitas
yang dilakukan harus cocok dan penting, atau sungguh berarti bagi orang
tersebut. Jika menurut kita pekerjaan itu penting, mengerjakan pekerjaan itu
sebaik-baiknya akan membuat kita merasa enak, dan berarti kita menjadi
partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Hal ini akan memberikan kepuasan bagi
diri kita. Orang yang semakin terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas,
orang, atau ide, ia lebih sehat secara psikologis. Hal ini berlaku bukan hanya
untuk pekerjaan, melainkan juga hubungan dengan keluarga dan teman, kegemaran,
dan keanggotaan dalam politik, agama, dan sebagainya.
2. Relasi Sosial yang Hangat, Allport
membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain, yaitu
kapasitas untuk mengembangkan keintiman dan untuk merasa terharu. Orang yang
sehat secara psikologis mampu mengembangkan relasi intim dengan orangtua, anak,
pasangan, dan sahabat. Ini merupakan hasil dari perasaan perluasan diri dan
perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik. Adaperbedaan hubungan
cinta antara orang yang neurotis (tidak matang) dan yang berkepribadian sehat
(matang). Orang-orang neurotis harus menerima cinta lebih banyak daripada yang
mampu diberikannya kepada orang lain. Bila mereka memberikan cinta, itu
diberikan dengan syarat-syarat. Padahal, cinta dari orang yang sehat adalah
tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
Jenis kehangatan yang lain, yaitu perasaan terharu,
merupakan hasil pemahaman terhadap kondisi dasar manusia dan perasaan
kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang sehat memiliki kapasitas untuk memahami
kesakitan, penderitaan, ketakutan, dan kegagalan yang merupakan ciri kehidupan
manusia. Hasil dari empati semacam ini adalah kesabaran terhadap tingkah laku
orang lain dan tidak cenderung mengadili atau menghukum. Orang sehat dapat
menerima kelemahan manusia, dan mengetahui dirinya juga memiliki kelemahan.
Sebaliknya, orang neurotis tidak mampu bersabar dan memahami sifat universal
pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3. Keamanan Emosional, Kualitas utama
manusia sehat adalah penerimaan diri. Mereka menerima semua segi keberadaan
mereka, termasuk kelemahan-kelemahan, dengan tidak menyerah secara pasif
terhadap kelemahan tersebut. Selain itu, kepribadian yang sehat tidak tertawan
oleh emosi-emosi mereka, dan tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu.
Mereka dapat mengendalikan emosi, sehingga tidak mengganggu hubungan
antarpribadi. Pengendaliannya tidak dengan cara ditekan, tetapi diarahkan ke dalam
saluran yang lebih konstruktif.
Kualitas lain dari kepribadian sehat adalah
"sabar terhadap kekecewaan". Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang
bereaksi terhadap tekanan dan hambatan atas berbagai keinginan atau kehendak.
Mereka mampu memikirkan cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama.
Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan tak aman dan ketakutan. Namun,
mereka tidak terlalu merasa terancam dan dapat menanggulangi perasaan tersebut
secara lebih baik daripada kaum neurotis.
4. Persepsi Realistis, Orang-orang sehat
memandang dunia secara objektif. Sebaliknya, orang-orang neurotis kerapkali
memahami realitas disesuaikan dengan keinginan, kebutuhan, dan ketakutan mereka
sendiri. Orang sehat tidak meyakini bahwa orang lain atau situasi yang dihadapi
itu jahat atau baik menurut prasangka pribadi. Mereka memahami realitas
sebagaimana adanya.
5. Keterampilan dan Tugas, Allport
menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri di dalam
pekerjaan tersebut. Kita perlu memiliki keterampilan yang relevan dengan
pekerjaan kita, dan lebih dari itu harus menggunakan keterampilan itu secara
ikhlas dan penuh antusiasme. Komitmen pada orang sehat atau matang begitu kuat,
sehingga sanggup menenggelamkan semua pertahanan ego. Dedikasi terhadap
pekerjaan berhubungan dengan rasa tanggung jawab dan kelangsungan hidup yang
positif. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas
untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis tanpa
melakukan pekerjaan penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan
keterampilan.
6. Pemahaman Diri, Memahami diri sendiri
merupakan suatu tugas yang sulit. Ini memerlukan usaha memahami diri sendiri
sepanjang kehidupan secara objektif. Untuk mencapai pemahaman diri yang memadai
dituntut pemahaman tentang dirinya menurut keadaan sesungguhnya. Jika gambaran
diri yang dipahami semakin dekat dengan keadaan sesungguhnya, individu tersebut
semakin matang. Demikian juga apa yang dipikirkan seseorang tentang dirinya,
bila semakin dekat (sama) dengan yang dipikirkan orang-orang lain tentang
dirinya, berarti ia semakin matang. Orang yang sehat terbuka pada pendapat
orang lain dalam merumuskan gambaran diri yang objektif. Orang yang memiliki
objektivitas teradap diri tak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya kepada
orang lain (seolah orang lain negatif). Ia dapat menilai orang lain dengan
seksama, dan biasanya ia diterima dengan baik oleh orang lain. Ia juga mampu
menertawakan diri sendiri melalui humor yang sehat.
7. Filsafat Hidup, Orang yang sehat
melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ia memiliki
perasaan akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai
batu sendi kehidupannya. Allport menyebut dorongan-dorongan tersebut sebagai
keteraraha (directness).
Keterarahan itu membimbing semua segi kehidupan
seseorang menuju suatu atau serangkaian tujuan, serta memberikan alasan untuk
hidup. Kita membutuhkan tarikan yang tetap dari tujuan yang bermakna. Tanpa itu
mungkin kita mengalami masalah kepribadian.
Kerangka dari tujuan-tujuan itu adalah nilai, yang
bersama dengan tujuan sangat penting dalam rangka mengembangkan filsafat hidup.
Memiliki nilai-nilai yang kuat merupakan salah satu ciri orang matang.
Orang-orang neurotis tidak memiliki nilai atau memiliki nilai yang
terpecah-pecah dan bersifat sementara, yang tidak cukup kuat untuk
mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara hati berperan dalam menentukan filsafat hidup.
Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang dengan suara hati
tidak matang. Yang tidak matang, suara hatinya seperti pada kanak-kanak: patuh
dan membudak, penuh larangan dan batasan, bercirikan perasaan
"harus". Orang yang tidak matang berkata, "Saya harus bertingkah
laku begini." Sebaliknya, orang yang matang berkata, "Saya sebaiknya
bertingkah laku begini." Suara hati yang matang adalah perasaan kewajiban
dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain, dan mungkin berakar
dalam nilai-nilai agama atau etis.
Carl Rogers
Menurut Rogers : Memahami dan menjelaskan teori
kepribadian sehat menurut rogers yang meliputi
Perkembangan kepribadian “self”
Peranan positive regard dalam
pembentukan kepribadian individu
Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhya
1. PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN “SELF”
Roger bekerja dengan individu-individu yang
terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk merawat
pasien-pasien ini, Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan
tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian pada klien, bukan pada ahli
terapi.
Menurut Rogers, manusia yang sadar dan rasional,
tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Hal ini tidak
menghukum atau mengutuk kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang tidak
dapat kita kontrol. Masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi
kepribadian yang sehat adalah jauh lebih penting daripada masa lampau.
Rogers mempunyai konsepsi-konsepsi pokok didalam
teorinya, yaitu:
· Organism, yaitu
keseluruhan individu
· Medan
phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman dan
· Self, yaitu bagian
medan phenomenal yang terdeferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan
dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai beramacam-macam sifat:
a. Self berkembang dari interaksi
organisme dengan lingkungannya.
b. Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai
orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar.
c. Self mengejar
keutuhan/kesatuan.
d. Organisme bertingkah laku dalam cara yang
selaras dengan self.
e. Pengalaman-pengalaman yang tak
selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
f. Self mungkin berubah sebagai hasil
dari pematangan dan belajar.
Saat kecil, anak-anak mulai membedakan salah satu
segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Anak-anak mulai menambahkan
kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuannya untuk
membedakan antara apa yang menjadi milik dan benda yang dilihat, diraba,
didengar dan dicium ketika dia mulai membentuk suatu gambaran tentang siapa
dirinya. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian-diri’ (self
concept).
Sebagian dari self concept, anak juga
mengambarkan dia akan menjadi apa dan siapa. Gambaran itu terbentuk sebagai
suatu akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang lain.
Dengan mengamati orang lainterhadap tingkah lakunya sendiri, anak itu secara
ideal mengembangkan suatu pola gambaran diri yang konsisten.
2. PERANAN POSITIF REGARD DALAM
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN INDIVIDU
Positive regard, suatu kebutuhan yang memaksa,
dimiliki semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive
regard.Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan
kebutuhan ini. Anak puas kalau menerima kasih sayang dan cinta dari orang lain
(ibunya), tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta
dan kasih sayang. Anak itu akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat, tergantung
pada sejauh manakah kebutuhan akanpositive regard ini dipuaskan dengan
baik.
Dalam hal ini, anak menjadi peka terhadap setiap
tanda penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi
yang diharapkan. Anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari orang-orang
lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena ia telah merasa kecewa, maka kebutuhan
akan positive regard yang sekarang bertambah kuat, makin lama makin
mengerahkan energi dan pikiran. Anak itu harus bekerja keras untuk positive
regard dengan mengorbankan aktualisasi-diri.
Anak dalam situasi ini mengembangkan apa yang
disebut Rogers “penghargaan diri positif bersyarat” (conditional positive
regard). Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap
tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditional positive
regard maka ia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu terjadi,
maka sikap ibu diambil alih oleh anak itu dan diterapkan kepada dirinya.
3. CIRI-CIRI
ORANG YANG BERFUNGSI SEPENUHNYA
Hal yang pertama dikemukakan tentang versi Rogers
mengenai kepribadian yang sehat, yakni keribadian yang sehat itu bukan
merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses, “suatu arahan bukan
suatu tujuan”. Aktualisasi diri berlangsung terus; tidak pernah merupakan suatu
kondisi yang selesai atau statis. Hal kedua dari aktualisasi diri adalah
aktualisasi diri itu merupakan suatu proses yang sukar dan kadang menyakitkan.
Aktualisasi diri merupakan suatu ujian, rentangan dan pecutan terus menerus terhadap
semua kemampuan seseorang. Hal ketiga tentang orang-orang yang
mengaktualissikan diri, yakni mereka benar-benar adalah diri mereka sendiri.
Mereka tida bersembunyi dibelakang topeng yang berpura-pura menjadi sesuatu
yang bukan mereka atau menyembunikan sebagian diri mereka.
Rogers tidak percaya bahwa orang-orang yang
mengaktualisasikan diri hidup dibawah hukum-hukum yang diletakkan orang-orang
lain. Arah yang dipilih, tingkah laku yang diperlihatkan, semata-mata
ditentukan oleh individu-individu mereka sendiri. Rogers juga memberikan lima
sifat orang yang berfungsi sepenuhnya.
a) Keterbukaan Pada
Pengalaman
Seseorang yang terhambat oleh syarat-syarat
penghargaan, bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Tak satu pun yang
harus dilawan karena tidak satu pun yang mengancam. Jadi, keterbukaan pada
pengalaman adalah lawan dari dalam dan dari luar disampaikan ke sistem syaraf
organisme tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan
lebih “emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang
bersifat positif dan negatif (kebahagiaan maupun kesusahan) dan mengalami
emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang yang defensif.
b) Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya
dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan baru, seperti
sebelumnya belum pernah ada dalam cara yang persis sama. Maka dari itu ada
kegembiraan karena setiap saat pengalaman tersingkap. Orang yang berfungsi
sepenuhnya jelas dapat menyesuaikan diri karena struktur-diri terus-menerus
terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru. Kepribadian yang demikian itu tidak
kaku dan dapat diramalkan.
c) Kepercayaan Terhadap Organisme
Orang Sendiri
Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar merupakan
pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih
dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual. Orang yang
berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls-impuls yang timbul seketika
dan intuitif. Dalam tingkah laku yang demikian itu terdapat banyak spontanitas
dan kebebasan, tetapi tidak sama dengan bertindak terburu-buru atau sama sekali
tidak memperhatikan konsekuensi-konsekuensinya.
d) Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara
psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.
Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau
rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang berfungsi
sepenuhnya memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan
dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah
laku, keadaan atau peristiwa masa lampau.
e) Kreatifitas
Orang-orang yang kreatif dan spontan tidak terkenal
karena konformitas atau penyesuaian diri yang pasif terhadap tekanan-tekanan
sosial dan kultural. Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya
lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang
drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreatifitas dan
spontanitas untuk menanggulani perubahan-perubahan traumatis sekalipun, seperti
dalam pertempuran atau bencana-bencana ilmiah.
Abraham Maslow
Teori Kepribadian Abraham Maslow
1) Individu sebagai Kesatuan Terpadu
Pertama-tama Maslow menekankan bahwa individu merupakan kesatuan yang terpadu
dan terorganisasi, sehingga motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu adalah
motivsi individu seutuhnya bukan bagian darinya. Menurut maslow manusia
harus diselidiki sebagai sesuatu yang totalitas, sebagai suatu system, setiap
bagian tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain. Pernyataan ini hampir
menjadi aksioma yang diterima oleh semua orang, yang kemudian sering dilupakan
dan diabaikan tatkala seseorang melakukan penelitian. Penting sekali untuk
selalu disadarkan kembali hal ini sebelum seseorang melakukan eksperimen atau
menyusun suatu teori motivasi yang sehat.
2) Hirarki Kebutuhan
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan.
Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai
tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau
mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut..
Maslow membuat tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima karakteristik. sebagai
berikut:
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman,
tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami
kekurangan makanan, harga diri, dan cinta, pertama-tama akan mencari makanan
terlebih dahulu. Bagi orang yang berada dalam keadaan lapar berat dan
membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan. Tidak diragukan lagi bahwa
kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini
berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya
dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar
ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain,
seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu
termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini
b. Kebutuhan akan rasa aman
Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow
sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan
diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari
rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum,
batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak.
Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat
diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas
tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan
merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan
keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang
bersifat asing dan tidak diharapkan. Untuk pribadi yang sehat, kebutuhan rasa
aman tidak berlebih-lebihan atau selalu mendesak. Kebanyakan diantara kita ini
tidak menyerah atau sama sekali tunduk kepada kebutuhan-kebutuhan rasa aman,
tetapi dalam pada itu juga kita merasa tidak puas kalau jaminan dan stabilitas
sama sekali tidak ada.
c. Kebutuhan sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang
mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan
kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan
ini,belum pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya seorang
sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh
arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama
tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras
untuk mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini bahkan
mungkin telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia
pernah meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak
penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu,
pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.
Maslow percaya bahwa makin lama makin sulit memuaskan kebutuhan akan memiliki
dan cinta kerena mobilitas kita.begitu sering kita berganti rumah, tetangga,
kota, bahkan pathner, sehingga kita tidak dapat berakar. Kita tidak cukup lama
berada disuatu tempat untuk mengembangkan perasaan yang memiliki. Banyak orang
dewasa merasakan kesepian dan terisolasi, meskipum mereka hidup ditengah-tengah
orang banyak.
d. Kebutuhan akan penghargaan
Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara
internal dan eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga
diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal)
menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan,
ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang
yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan
lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan
menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta
perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat kebutuhan ini
adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang menghambat
perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi goreng
atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.
e. Kebutuhan akan
aktualisasi diri
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan
manusia untuk tumbuh berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut oleh
Maslow sebagai aktualisasi diri. Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai
hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut
kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul
setelah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara
memadai.Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting dalam
teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir menjadikan kebutuhan
ini sebagai titik tolak prioritas untuk membina manusia berkepribadian unggul.
Belakangan ini muncul gagasan tentang perlunya jembatan antara kemampuan
majanerial secara ekonomis dengan kedalaman spiritual. Manajer yang diharapkan
adalah pemimpin yang handal tanpa melupakan sisi kerohanian. Dalam konteks ini,
piramida kebutuhan Maslow yang berangkat dari titik tolak kebutuhan fisiologis
hingga aktualisasi diri diputarbalikkan. Dengan demikian perilaku organisme
yang diharapkan bukanlah perilaku yang rakus dan terus-menerus mengejar
pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang lebih suka memahami daripada
dipahami, memberi daripada menerima.
Erich Fromm
Menurut Erich Fromm, manusia adalah makhluk sosial.
Berdasar pada pendapat tersebut, maka salah satu ciri pribadi yang sehat
berarti adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat sosial. Masyarakat sangat
penting peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang
merupakan hasil dari proses sosial di dalam masyarakat. Masyarakat yang
menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat yang hubungan
sosialnya sangat manusiawi.
Menurut Fromm, ada lima watak sosial di dalam
masyarakat:
1) Penerimaan (receptive)
2) Penimbunan (hoarding)
3) Penjualan/pemasaran (marketing)
4) Penghisapan/pemerasan (exploitative)
5) Produktif (productive)
Dari kelima watak sosial ini yang benar-benar tepat
dan sehat hanyalah watak produktif karena watak produktif didorong oleh cinta
dan akal budi dan dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan pribadi dan
masyarakat.
Masyarakat yang baik itu perlu ditopang dengan
cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5 tipe yang berbeda tentang cinta,
yaitu:
1) Cinta persaudaraan
2) Cinta keibuan
3) Cinta erotik
4) Cinta diri
5) Cinta ilahi
Menurut Fromm, cinta sangat penting untuk membangun
dunia yang lebih baik sebab yang dicari setiap orang di dalam masyarakat bukan
penderitaan.
Jadi menurut Fromm, pribadi yang sehat adalah
pribadi yang mampu hidup dalam masyarakat sosial yang ditandai dengan
hubungan-hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan
tidak saling merusak atau menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup
seorang pribadi adalah keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang
dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life is
being, not having and using). Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang
berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial
di dalam masyarakat,mampu mencintai dan dicintai,mampu mempercayai dan
dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,mampu hidup bersolidaritas dengan
orang lain tanpa syarat,mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat
tanpa merusaknyamemiliki watak sosial yang produktif.
Sumber :
http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id
Schultz, D.psikologi pertumbuhan : model – model kepribadian sehat. Yogyakarta:
kanisius, 1991.
Saleh, Julianto.Jurnal Al Bayan Vol.7 No. 7
Januari – Juni 2003. Hirarki Kebutuhan Maslow Menurut Abraham Maslow : Aplikasi
terhadap Klasifikasi Mad’u dalam Proses Dakwah.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1.
Yogyakarta: Kanisius