Memilih Pasangan
Memiliki kriteria pasangan itu penting. Tapi jangan
sampai Anda menjadi pemilih. Pasalnya, hal itu hanya akan menyusahkan Anda
mendapatkan jodoh.
Ya, memilih pasangan memang diharuskan. Namun saat Anda menjadi pemilih, justru akan menjadi bomerang tersendiri. Berikut yang harus Anda perhatikan saat melihat seseorang untuk dijadikan pasangan, seperti dilansir Idiva.
Ya, memilih pasangan memang diharuskan. Namun saat Anda menjadi pemilih, justru akan menjadi bomerang tersendiri. Berikut yang harus Anda perhatikan saat melihat seseorang untuk dijadikan pasangan, seperti dilansir Idiva.
Materi
Kebanyakan wanita memilih pria yang lebih berhasil dari mereka. Tapi justru yang didapat sebaliknya. Yang terpenting sebenarnya dia mampu memenuhi kebutuhan dasar dan bisa bertanggung jawab.
Penampilan
Siapa yang tak suka dengan pria tampan. Ya, semua wanita tentu saja mendambakannya. Tapi pria dengan tampilan menarik belum tentu punya sifat yang baik. Jadi jangan melihat dari penampilan luar saja, tapi juga kepribadian.
Kebanyakan wanita memilih pria yang lebih berhasil dari mereka. Tapi justru yang didapat sebaliknya. Yang terpenting sebenarnya dia mampu memenuhi kebutuhan dasar dan bisa bertanggung jawab.
Penampilan
Siapa yang tak suka dengan pria tampan. Ya, semua wanita tentu saja mendambakannya. Tapi pria dengan tampilan menarik belum tentu punya sifat yang baik. Jadi jangan melihat dari penampilan luar saja, tapi juga kepribadian.
Tidak bisa menyesuaikan
Mungkin saja, Anda takut dengan perbedaan. Namun, perlu diketahui bahwa setiap manusia dilahirkan tidak sama. Jadi bersikaplah fleksibel untuk menerima apa adanya.
Mungkin saja, Anda takut dengan perbedaan. Namun, perlu diketahui bahwa setiap manusia dilahirkan tidak sama. Jadi bersikaplah fleksibel untuk menerima apa adanya.
Hubungan dalam Perkawinan
Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan
juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa
ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam
pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya. Namun
perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang tidak terjadi secara mencolok
dan tak memiliki patokan batas waktu yang pasti. Bisa jadi antara
pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain, memiliki waktu berbeda saat
menghadapi dan melalui tahapannya. Namun anda dan pasangan dapat saling
merasakannya.
Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah
saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi
di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu
melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih
menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan,
memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar
dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini
berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin
hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal
lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn
tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan
lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini
memilih berpisah dengan pasangannya
Tahap ketiga : Knowledge and
Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada
tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan
ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan
pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya
senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain
yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap kelima: Real Love. “Anda
berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman,
kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis
ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah
digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri
semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real
love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki
keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya
tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan
sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan
bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan
pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti
diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan,
sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait
dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya
hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu
saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau
persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik.
Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga
yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam
sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan
lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum
melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam
sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan
mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi
merusak hubungan.
Perceraian dan Pernikahan Kembali
Kelanggengan hubungan dalam pernikahan adalah
keinginan setiap pasangan. Namun bagaimanakah jika pernikahan itu tidak
langgeng dan justru akan mengakibatkan perceraian?…Baiklah, dalam hal ini bisa
dikatakan perceraian itu tidak hanya terjadi begitu saja. Setiap akibat pasti
ada penyebabnya, tak mungkin ada asap tanpa api. Itulah sedikit ungkapan
peribahasa sebagai perumpamaannya. Berbicara tentang perceraian bisa dikaitkan dengan
daya tarik spontan. Jika Anda tertarik kepada seseorang hanya karena
kelembutannya, ketulusannya, karena simpatinya terhadap Anda, atau karena
menjaga perasaan maka hubungan itu tidak bisa bertahan lama. Hubungan semacam
itu tidak bisa langgeng, sebentar saja pasti akan hancur. Bahkan seandainya
pernikahan semacam itu sukses, maka pasangan Anda tidak bisa membaur dengan
persepsi-persepsi Anda yang paling dalam ketika Anda berdua saling melihat
pasangan sebagai manusia yang sebenarnya. Kelanggengan terlihat dari bagaimana
seseorang memperhatikan sikap dan ketulusan pasangannya. Selain itu juga harus
memperhatikan kesetiaannya terhadap nilai-nilai bersama. Dan harus selalu sadar
bahwa rasa tertarik, harus berasal dari kedua belah pihak, bukan dari satu pihak
saja.
Penyebab perceraian kebanyakan terjadi karena
didalamnya terselip berbagai persoalan rumah tangga yang tidak menemukan akhir
penyelesaiannya. Dibutuhkan kekompakkan antara keduanya dalam menghadapi
berbagai persoalan itu. Pengertian…itulah hal yang seharusnya bisa mereka
tanamkan, karena jika minimnya sikap saling perngertian keegoisan memuncak.
Jika keegoisan diiringi dengan kemarahan yang membara, perlu juga kesabaran.
Tidak diperkenankan keduanya saling mengadu amarahnya. Justru jika misalnya
istri lebih sensitif dengan menunjukkan kemarahannya, maka suami harus lebih
mampu meredam amarahnya. Sehingga konflik yang sedang terjadi tidak semakin
besar. Tidak menutup kemungkinan juga, konflik yang pada akhirnya menimbulkan
perceraian itu bisa terjadi karena adanya pihak ketiga yang dengan sengaja
menyebarkan kesalahpahaman diantara pasangan tersebut.
Memilih sisi positif berarti memilih cara paling
efektif dan efisien daladm hidup. Seharusnya pada kedalaman diri kita, terdapat
keseimbangan dua rasa yang saling berlawanan ketika hubungan yang mesra itu
berada dalam ujian. Pertama-tama memang sekelompok perasaan tertentu yang
mendominasi. Tetapi sekelompk rasa yang lainnya tidak lagnsung mundur diri. Ia
tetap ada walau terpaksa mundur dan sembunyi di pojok gelap untuk menuggu
kesempatan. Suami-istri menjalankan tugas dan peran masing-masing dengan cepat.
Keduanya akan merasa lemah ketika tidak bisa mencari jalan keluar dari
sisi-sisi negatif. Mereka merasa bahwa jiwanya adalah karikatur kepribadiannya
dalam kehidupan rumah tangga. Jika semua orang memikirkan apa saja yang
menyenangkan pasangannya lalu meninggalkan apa yang tidak mereka senangi, tentu
saja hubungan keluarga tidak akan hancur. Namun, berbeda jika pasangan telah
menemukan jalan keluar dari perosalan yang mereka hadapi. Mereka akan cenderung
introspeksi diri dengan perbuatan dan kesalahan-kesalahannya sehingga
menyadarkan dirinya bahwa masalah itu tidak sepenuhnya selesai dengan kemarahan
dan kesalahan satu pihak saja. Yang pada akhirnya pasangan yang telah bercerai
tersebut bisa memulai hidup yang baru dengan menikah kembali dengan
pasangannya.
Single Life
Mengapa ada pernikahan?…karena kita ingin terikat
dengan individu lain agar hidup kita lebih dalam dan bermakna daripada cara
hidup independen dan bebas yang pernah kita jalani. Namun ada juga beberapa
orang yang memutuskan untuk tidak memiliki pasangan. Mungkin mereka beranggapan
bahwa ketika kehidupan itu kita jalani dengan pasangan akan terasa sulit karena
menemukan berbagai persoalan yang nantinya kemungkinan bisa saja kita hadapi.
Akan tetapi hakikatnya menikah itu adalah ibadah. Hidup akan lebih indah
melalui segala bentuk kehidupan bersama pasangan. Seseorang yang memutuskan
untuk sendiri (single life) bisa saja disebabkan karena traumatik tersendiri
yang pernah mereka rasakan sehingga membuatnya untuk tidak berani lagi memulai
hidup secara bersama. Pengalaman memang berperan penting dalam kelangsungan
hidup seseorang. Ia bisa mengubahnya menjadi lebih kuat namun tidak sedikit
yang lemah karenanya. Membuat seseorang takut memulai, namun juga menimbulkan
arti yang mendalam.
“Pernikahan yang sukses adalah seperti tenunan dalam
beludru kehidupan praktis. Seperti nada harmoni yang dipetik hubungan realistis.
Dan pernikahan yang sukses adalah hasil gabungan cinta, penghormatan,
kesetiaan, dan sikap saling mendukung”.